Saudaraku..

Friday, February 26, 2010

Kenapa Nasib Orang Berbeda-beda?

Oleh: Fauzan Abu Fir

Siapa diantara kita yang tidak menginginkan hidup bahagia di dunia ini? Tentu tidak ada. Semua dari kita menginginkan hidup yang bahagia. Namun sadarkah kita, bahwa apa yang kita dapatkan, apa yang kita lalui, apa yang kita hadapi, semuanya adalah kehendak dari Alloh.

Pada kenyataannya, banyak orang yang tidak sadar bahwa apa yang ada pada dirinya, apa yang akan terjadi pada dirinya, semuanya merupakan kehendak Alloh. Banyak orang miskin yang minta diberi kekayaan. Banyak suami yang minta supaya istrinya menjadi istri yang sholihah. Banyak orang tua yang ingin supaya anaknya menghormatinya. Banyak anak yang menginginkan supaya orang tuanya paham tentang agama.

Mereka banyak yang belum menyadari akan adanya hikmah dibalik kemiskinan, istri yang nusyuz, anak yang bandel, serta orang tua yang belum paham agama. Banyak yang belum sadar bahwa, mungkin disitulah letak ujian baginya.

Ada sebuah keluarga yang dikaruniai ketentraman dalam kehidupan berumah tangga, namun sekedar pas-pasan dalam urusan ekonomi. Ada sebuah keluarga yang dikaruniai kelebihan dalam bidang perekonomian, namun keluarga yang berantakan. Ada keluarga yang dikaruniai ketentraman dalam keluarga dan kelebihan dalam bidang ekonomi. Namun ada pula yang sudah keluarganya berantakan, ekonomi pas-pasan pula.

Apa yang membedakan keempat contoh diatas? Padahal sang ayah adalah sosok yang rajin beribadah, suka bekerja keras, dan pantang menyerah. Kenapa nasibnya berbeda-beda?

Semua ini dikarenakan Alloh mengetahui apa yang tidak hambanya ketahui. Apakah kita dapat menjamin, setelah kita menjadi kaya, kita tetap akan beribadah dan beramal sholeh? Bisa jadi kekayaan justru akan menjadi boomerang bagi kita, menjadi adzab bagi kita. Siapa yang bisa menjamin bahwa jika kita memiliki keluarga yang tentram dan harmonis, kita tidak lupa kepada Alloh?

Jadi ingatlah, apapun yang menimpa kita, apapun yang akan terjadi kepada kita, itu semua adalah kehendak Alloh, Robbul ‘Alamin. Tapi jangan jadikan hal ini untuk bermalas-malasan dan berdiam diri. Karena Alloh tidak akan merubah nasib suatu kaum kecuali mereka merubah nasib mereka sendiri, dalam artian mereka berusaha.

Siapapun kita, pasti menginginkan untuk mempunyai harta yang banyak, istri yang sholihah, anak yang menghormati orang tua, dan keluarga yang bahagia. Maka ke arah sanalah kita harus berusaha. Jangan putus asa. Namun ingat, seperti apapun jadinya kita nanti, semuanya adalah yang terbaik bagi kita. Dan Alloh adalah yang paling mengerti apa yang terbaik bagi hambaNya.

Dan bukankah lebih baik jika disetiap doa kita, kita tambahkan, “ ya Alloh jika hal ini yang terbaik bagiku maka mudahkanlah. Dan jika hal ini buruk bagiku, maka jauhkanlah. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui.”

Sumber : www.pernikmuslim.com

Apa itu Ikhlas? Apa itu Ibadah?

Oleh: Fauzan Abu Fir

Kebanyakan orang beranggapan bahwa ikhlas adalah memberikan sesuatu, sedekah, infaq, zakat, dan lain-lain dengan tidak ada rasa keberatan pada hati. Saya nggak mengerti apakah hal ini benar atau salah. Saya cuma ingin membahasnya dari persepsi yang berbeda.

Sang Penceramah bercerita tentang persepsi yang baru dari ikhlas. Ikhlas, menurutnya, adalah jika kita menyumbangkan sesuatu, sedangkan hati kita berat untuk melakukannya, namun tetap kita lakukan. Jika kita berinfaq di masjid Rp 1000, mungkin tidak masalah bagi kita, karena toh itu uang yang sedikit. Tapi bagaimana saat kita akan menyumbangkan Rp 100.000 kedalam kotak infaq masjid? Bukankah akan terbesit rasa ‘sayang nih uang gedhe’. Nah saat kita merasa seperti inilah keikhlasan kita benar-benar diuji. Apakah kita akan mengurungkan niat kita, atau akan tetap kita sumbangkan? Dan tantangannya tidak berakhir sampai disitu saja. Setelah uang kita sedekahkan pun, apakah kita akan terus memikirkan amal yang baru saja kita lakukan, atau akan terus kita pikirkan dan kita bayang-bayangkan?

Lalu sang penceramah bercerita tentang ibadah. Tentang hal-hal yang dilarang oleh Alloh kepada hambanya, adalah justru hal-hal yang disenangi manusia. Dan justru perintah-perintahNya adalah yang manusia malas untuk lakukan.

Contoh kongkritnya, adalah larangan untuk makan kekenyangan, padahal kecenderungan manusia adalah untuk makan sekenyang-kenyangnya. Larangan untuk berzina, padahal adalah kecenderungan manusia untuk melakukan sex bebas. Larangan untuk ghibah (ngrasani), padahal adalah kecenderungan wanita untuk melakukannya (hayo... ibu-ibu ngaku... :p)

Dalam hal perintah juga sama, siapa sih yang nggak berat untuk bangun jam 2 pagi, dingin-dingin, wudhu, trus sholat tahajjud? Siapa sih yang nggak berat untuk menyumbangkan seluruh hartanya untuk kepentingan kaum muslimin, seperti yang dilakukan oleh Abu Bakr Rodhiallohu Anhu? Siapa yang sama sekali nggak ada rasa berat dihati untuk sholat lima waktu di masjid (bagi laki-laki)? Siapa yang lebih suka hari-hari saat berpuasa dibandingkan dengan hari-hari berbuka (tidak berpuasa)?

Maka disinilah letak tingkat keimanan dan ketaqwaan kita kepada Alloh. Apakah kita hanya akan mau mengikuti perintah-perintah yang kita suka saja? Sementara perintah yang tidak kita suka kita tinggalkan. Apakah kita hanya akan meninggalkan larangan-larangan yang kita tidak sukai, sementara larangan yang kita sukai tetap kita lakukan?

Termasuk yang manakah kita? Apakah kita akan terus menutup mata dan tetap pada kebiasaan kita? Bukankah saat datang perintah Alloh seharusnya kita mengatakan,”sami’na wa atho’na” (kami dengar, dan kami taat).

Semoga sedikit wacana ini dapat mengisi sebagian kekosongan di hati kita. Jika ada benarnya, maka itu semua datangnya dari Alloh. Dan jika ada yang salah, maka itu datangnya dari iblis dan kebodohan saya. Dan sesungguhnya Alloh adalah Dzat yang Maha Suci dari kesalahan.

Sumber : www.pernikmuslim.com

Anak Lebih Taat Kepada Bunda?

Oleh: Bayu Gawtama

Gunawan -bukan nama sebenarnya- mengeluh lantaran Bobby (5), anaknya, lebih mau mendengar kata-kata bundanya tinimbang dirinya. Bahkan ketika ia harus mengeluarkan perintah dengan nada yang lebih keras pun, Bobby tetap tak menggubrisnya, bahkan berlari mencari perlindungan ke Soffie, sang bunda.

Sebagai Ayah, Gunawan merasa 'cemburu' kepada Soffie karena tidak dipatuhi, ditaati bahkanmungkin tidak lebih dicintai oleh Bobby, buah hatinya sendiri.
Haruskah Gunawan menghukum Bobby? Adakah andil Soffie yang membuat Bobby tak patuh kepada Ayahnya? Benarkah keadaan seperti ini kesalahan sepenuhnya dialamatkan kepada si kecil Bobby? Atau memang sangat wajar dan demikian adanya, bahwa anak-anak sudah sepantasnya lebih dekat dan lebih patuh kepada bunda sebab kedekatannya selama dalam kandungan, melahirkan dan menyusui.

Masalah yang dihadapi Gunawan, hanyalah satu dari sekian banyak kasus yang terjadi. Tidak sedikit Ayah yang memiliki problem yang sama, dan sangat mungkin ini menjadi permasalahan bersama para Ayah di banyak tempat. Tetapi sebelum mengalamatkan telunjuk kesalahan kepada isteri atau anak-anak akibat keadaan ini, mari melihat apa yang sudah kita lakukan kepada anak- anak.

Untuk kasus Gunawan misalnya. Ia pernah didatangi Bobby saat tengah sibuk memperbaiki kendaraannya. Bobby yang sering memperhatikan Ayahnya mengutak-atik kendaraan menganggap sang Ayah adalah montir handal dan karenanya pastilah bisa pula memperbaiki mobil-mobilan kesayangannya yang rusak. Namun ketika ia meminta bantuan Ayahnya untuk memperbaiki mainannya, kekecewaan lah yang didapatinya dari kalimat, "Pergi sana ke bunda, apa kamu nggak lihat Ayah sedang sibuk". Bobby yang patah hati pun mendatangi sang bunda. Soffie mencoba memperbaiki mainan kesayangan anaknya, dan berhasil!

Boleh jadi, kerusakan mobil kesayangan Bobby bukan sesuatu yang parah. Mungkin saja hanya battery-nya yang habis dan tidak akan menyita waktu banyak untuk memperbaikinya. Pada saat Bobby mendatangi Ayahnya untuk meminta bantuan, itu lah kesempatan terbaik sang Ayah untuk berdekatan dengan anaknya, itulah saat-saat emas menunjukkan perhatian terbaik kepada anak-anak. Nampaknya Gunawan tak menyadari dan melewatkan kesempatan berharga tersebut. Persepsi Bobby pun berubah, "Bunda lebih handal".

Contoh lain ada di malam hari. Suatu kali Bobby meminta Ayahnya untuk menemani tidurnya dengan mendongeng. Lagi-lagi Bobby tak menangkap isarat, bahwa Bobby ingin mendapat perhatian lebih dari sang Ayah. "Sama bunda saja ya, Ayah lelah sekali," ujar Gunawan. Barangkali memang Bobby tak tahu kalau Ayahnya lelah setelah seharian kerja, tetapi Bobby juga seorang anak kecil yang ingin merasa memiliki Ayah. "Bobby juga punya Ayah kan? Bobby tidak hanya punya Bunda kan?" barangkali kalimat ini yang bisa menggambarkan perasaan seorang anak seperti Bobby.

Keberadaan Ayah pada saat dibutuhkan, kehadirannya ketika dinantikan, seringkali menjadi mimpi bagi anak-anak. Terutama bagi anak-anak yang orangtuanya super sibuk. Jangan heran jika Anda mendengar cerita tentang anak-anak yang lebih dekat kepada pembantunya, atau anak-anak yang setiap kali menangis justru berlari ke pelukan babby sitter dan bukan orangtuanya. Salahkah anak-anak memiliki perasaan seperti itu?

Ketika buah hati Anda tak lebih dekat kepada Anda sebagai Ayahnya, tak lebih mendengar kata-
kata Anda dibanding ucapan sang Bunda, bahkan tak lebih sayang seperti yang Anda inginkan? Cobalah beri perhatian lebih kepada mereka. Anak-anak akan berlari mendekat kepada Anda, saat Anda berjalan mendekatinya. Saat Anda menciumnya di kening, mereka akan mencium Anda di kening, pipi, mulut, hidung dan dagu Anda. Ketika Anda mau mendengarkan mereka barang sedetik saja, mereka akan melakukan apa saja yang Anda inginkan. Cobalah.


(Bayu Gawtama, untuk para Ayah di seluruh dunia)

Janji Allah Bagi Orang Yang Akan Menikah

Oleh: Salafusshaleh

Ketika seorang muslim baik pria atau wanita akan menikah, biasanya akan timbul perasaan yang bermacam-macam. Ada rasa gundah, resah, risau, bimbang, termasuk juga tidak sabar menunggu datangnya sang pendamping, dll. Bahkan ketika dalam proses taaruf sekalipun masih ada juga perasaan keraguan. Berikut ini sekelumit apa yang bisa saya hadirkan kepada pembaca agar dapat meredam perasaan negatif dan semoga mendatangkan optimisme dalam mencari teman hidup. Semoga bermanfaat buat saya pribadi dan kaum muslimin semuanya. Saya memohon kepada Allah semoga usaha saya ini mendatangkan pahala yang tiada putus bagi saya. Inilah kabar gembira berupa janji Allah bagi orang yang akan menikah. Bergembiralah wahai saudaraku…

1. “Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)”. (An Nuur : 26) Bila ingin mendapatkan jodoh yang baik, maka perbaikilah diri. Hiduplah sesuai ajaran Islam dan Sunnah Nabi-Nya. Jadilah laki-laki yang sholeh, jadilah wanita yang sholehah. Semoga Allah memberikan hanya yang baik buat kita. Amin.

2. “Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (Pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui”. (An Nuur: 32) Sebagian para pemuda ada yang merasa bingung dan bimbang ketika akan menikah. Salah satu sebabnya adalah karena belum punya pekerjaan. Dan anehnya ketika para pemuda telah mempunyai pekerjaan pun tetap ada perasaan bimbang juga. Sebagian mereka tetap ragu dengan besaran rupiah yang mereka dapatkan dari gajinya. Dalam pikiran mereka terbesit, “apa cukup untuk berkeluarga dengan gaji sekian?”. Ayat tersebut merupakan jawaban buat mereka yang ragu untuk melangkah ke jenjang pernikahan karena alasan ekonomi. Yang perlu ditekankan kepada para pemuda dalam masalah ini adalah kesanggupan untuk memberi nafkah, dan terus bekerja mencari nafkah memenuhi kebutuhan keluarga. Bukan besaran rupiah yang sekarang mereka dapatkan. Nantinya Allah akan menolong mereka yang menikah. Allah Maha Adil, bila tanggung jawab para pemuda bertambah – dengan kewajiban menafkahi istri-istri dan anak-anaknya, maka Allah akan memberikan rejeki yang lebih. Tidakkah kita lihat kenyataan di masyarakat, banyak mereka yang semula miskin tidak punya apa-apa ketika menikah, kemudian Allah memberinya rejeki yang berlimpah dan mencukupkan kebutuhannya?

3. “Ada tiga golongan manusia yang berhak Allah tolong mereka, yaitu seorang mujahid fi sabilillah, seorang hamba yang menebus dirinya supaya merdeka dan seorang yang menikah karena ingin memelihara kehormatannya”. (HR. Ahmad 2: 251, Nasaiy, Tirmidzi, Ibnu Majah hadits no. 2518, dan Hakim 2: 160) [1] Bagi siapa saja yang menikah dengan niat menjaga kesucian dirinya, maka berhak mendapatkan pertolongan dari Allah berdasarkan penegasan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits ini. Dan pertolongan Allah itu pasti datang.

4. “Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”. (Ar Ruum : 21)

5. “Dan Tuhanmu berfirman : ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina’ ”. (Al Mu’min : 60)

Ini juga janji Allah ‘Azza wa Jalla, bila kita berdoa kepada Allah niscaya akan diperkenankan-Nya. Termasuk di dalamnya ketika kita berdoa memohon diberikan pendamping hidup yang agamanya baik, cantik, penurut, dan seterusnya. Dalam berdoa perhatikan adab dan sebab terkabulnya doa. Diantaranya adalah ikhlash, bersungguh-sungguh, merendahkan diri, menghadap kiblat, mengangkat kedua tangan, dll. [2] Perhatikan juga waktu-waktu yang mustajab dalam berdoa. Diantaranya adalah berdoa pada waktu sepertiga malam yang terakhir dimana Allah ‘Azza wa Jalla turun ke langit dunia [3], pada waktu antara adzan dan iqamah, pada waktu turun hujan, dll. [4] Perhatikan juga penghalang terkabulnya doa. Diantaranya adalah makan dan minum dari yang haram, juga makan, minum dan berpakaian dari usaha yang haram, melakukan apa yang diharamkan Allah, dan lain-lain. [5] Manfaat lain dari berdoa berarti kita meyakini keberadaan Allah, mengakui bahwa Allah itu tempat meminta, mengakui bahwa Allah Maha Kaya, mengakui bahwa Allah Maha Mendengar, dst. Sebagian orang ketika jodohnya tidak kunjung datang maka mereka pergi ke dukun-dukun berharap agar jodohnya lancar. Sebagian orang ada juga yang menggunakan guna-guna. Cara-cara seperti ini jelas dilarang oleh Islam. Perhatikan hadits-hadits berikut yang merupakan peringatan keras dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Barang siapa yang mendatangi peramal / dukun, lalu ia menanyakan sesuatu kepadanya, maka tidak diterima shalatnya selama empat puluh malam”. (Hadits shahih riwayat Muslim (7/37) dan Ahmad). [6] Telah bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Maka janganlah kamu mendatangi dukun-dukun itu.” (Shahih riwayat Muslim juz 7 hal. 35). [7] Telah bersabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sesungguhnya jampi-jampi (mantera) dan jimat-jimat dan guna-guna (pelet) itu adalah (hukumnya) syirik.” (Hadits shahih riwayat Abu Dawud (no. 3883), Ibnu Majah (no. 3530), Ahmad dan Hakim). [8]

6. ”Mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat”. (Al Baqarah : 153) Mintalah tolong kepada Allah dengan sabar dan shalat. Tentunya agar datang pertolongan Allah, maka kita juga harus bersabar sesuai dengan Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Juga harus shalat sesuai Sunnahnya dan terbebas dari bid’ah-bid’ah.

7. “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”. (Alam Nasyrah : 5 – 6) Ini juga janji Allah. Mungkin terasa bagi kita jodoh yang dinanti tidak kunjung datang. Segalanya terasa sulit. Tetapi kita harus tetap berbaik sangka kepada Allah dan yakinlah bahwa sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Allah sendiri yang menegaskan dua kali dalam Surat Alam Nasyrah.

8. “Hai orang-orang yang beriman jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu”. (Muhammad : 7) Agar Allah Tabaraka wa Ta’ala menolong kita, maka kita tolong agama Allah. Baik dengan berinfak di jalan-Nya, membantu penyebaran dakwah Islam dengan penyebaran buletin atau buku-buku Islam, membantu penyelenggaraan pengajian, dll. Dengan itu semoga Allah menolong kita.

9. “Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa”. (Al Hajj : 40)

10. “Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat”. (Al Baqarah : 214) Itulah janji Allah. Dan Allah tidak akan menyalahi janjinya. Kalaupun Allah tidak / belum mengabulkan doa kita, tentu ada hikmah dan kasih sayang Allah yang lebih besar buat kita. Kita harus berbaik sangka kepada Allah. Inilah keyakinan yang harus ada pada setiap muslim. Jadi, kenapa ragu dengan janji Allah?

Footnote:
[1] Lihat Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Konsep Perkawinan dalam Islam, Pustaka Istiqomah, Cet. II, 1995, hal. 12
[2] Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Adab & Sebab Terkabulnya Do’a, Pustaka Imam Asy-Syafi’i, Cet. I, Des 2004, hal. 1 – 2
[3] Allah turun ke langit dunia setiap malam pada sepertiga malam terakhir. Allah lalu berfirman, “Siapa yang berdoa kepada-Ku niscaya Aku kabulkan! Siapa yang meminta kepada-Ku niscaya Aku beri! Siapa yang meminta ampun kepada-Ku tentu Aku ampuni.” Demikianlah keadaannya hingga fajar terbit. (HR. Bukhari 145, Muslim 758) (lihat Tahajjud Nabi, Sa’id bin ‘Ali bin Wahf Al Qahthani, Media Hidayah, Sept. 2003, hal. 27). [4] Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Adab & Sebab Terkabulnya Do’a, Pustaka Imam Asy-Syafi’i, Cet. I, Des 2004, hal. 8 – 14
[5] Idem, hal. 15 – 22
[6] Abdul Hakim bin Amir Abdat, Al – Masaa-il Jilid 3, Penerbit Darul Qalam, Jakarta, Cet. II, 2004 M, hal. 103
[7] Idem, hal. 105
[8] Idem, hal. 101
--------------------------------------------------------------------------------
Referensi: Referensi : Footnote:
[1] Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Konsep Perkawinan dalam Islam, Pustaka Istiqomah, Cet. II, 1995
[2] Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Adab & Sebab Terkabulnya Do’a, Pustaka Imam Asy-Syafi’i, Cet. I, Des 2004
[3] Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Adab & Sebab Terkabulnya Do’a, Pustaka Imam Asy-Syafi’i, Cet. I, Des 2004
[4] Abdul Hakim bin Amir Abdat, Al – Masaa-il Jilid 3, Penerbit Darul Qalam, Jakarta, Cet. II, 2004 M





Sumber : www.salafusshaleh.blogspot.com

Menggapai Kebahagian Dengan Istri Sholihah

Oleh: Kontributor

Salah satu faktor kebahagian seorang lelaki muslim dalam kehidupan di dunia ini adalah dianugerahinya seorang istri yang mampu menjadi penenang baginya sebagai teman bergaul, berbincang-bincang, berdiskusi. Sebaliknyapun ia mampu juga menjadi penenang bagi istrinya, sehingga mengalirkan kasih sayang dan cinta di antara mereka dengan mendambakan surga agar dapat menjadi tempat berkumpul mereka yang kekal abadi.

Kesholihan suami dan istri dapat menumbuhkan ketentraman jiwa, kebahagian hati serta kelapangan dada, yang semua ini akan membantunya dalam mengemban tugas-tugas yang menyangkut agama dan dunia dengan nyaman, tanpa gangguan batin, disamping akan membantu pula dalam menjalankan kewajiban mendidik anak-anak, yang merupakan penopang dalam perjuangan menegakkan syariat Islam secara baik.

Istri yang sholihah akan selalu menaati suaminya sebagaimana yang pernah dituturkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah: “Tidak ada kewajiban yang harus ditunaikan oleh wanita, setelah hak Alloh dan Rasul-Nya, yang lebih wajib daripada hak suami” (Majmu’ Fatawa: XXXII/260). Dan ketika suami memandang kepada dirinya dia menyenangkan mata dan hati, jika suami bersumpah terhadapnya, dia segera mengabulkan sumpah suaminya itu, dan jika suaminya pergi, dia menjaga kehormatan diri dan menjaga harta suaminya.

Seorang wanita yang telah menemukan suami sholih yang sesuai dengan dambaannya, seyogianya berusaha mendapat keridhoannya dan menjauhi segala yang dapat menyakitinya. Sesungguhnya, apabila dia menyakiti atau melakukan sesuatu yang tidak disukai oleh suaminya, maka suaminya akan menjadi bosan dan tindakannya itu akan membekas pada jiwa suaminya. Bisa jadi pula, suaminya mendapat kesempatan, lantas meninggalkannya atau menyukai wanita lainnya. Sangatlah mungkin seorang suami menemukan yang tidak ditemukan oleh istrinya. Padahal, telah dimaklumi bahwa bosan terhadap sesuatu yang disukai itu kadang-kadang terjadi, apalagi terhadap sesuatu yang tidak disukai.

Haruslah para istri untuk bertakwa kepada Alloh ‘Azza wa Jalla dalam bersikap pada suaminya. Sungguh, dia bisa menjadi Surgamu atau Nerakamu, sebagaimana sabda Rasululloh shalallahu 'alahi wa sallam kepada salah seorang istri sahabatnya: “ ’Apakah engkau mempunyai suami ?’. Dia menjawab,’Betul, ya Rasululloh’. Rasululloh bertanya,’Bagaimana sikapmu terhadapnya?’. Dia menjawab,’Saya tidak mengurangi ketaatan kepadanya sedikitpun, kecuali dalam hal yang saya tidak mampu’. Rasaululloh bersabda,’Perhatikan bagaimana sikapmu terhadapnya, sungguh dia itu merupakan Surga dan Nerakamu’.” (HR. Tirmidzi)

Imam Ahmad rohimalloh berkata tentang istri beliau,’Abasah binti Fadhl rohimalloh, ibu dari putra beliau, Sholih,”Ummu Sholih tinggal bersamaku selama tiga puluh tahun, aku belum pernah berselisih dengannya walaupun satu perkataan, sampai kemudian dia wafat.” (Tarikh Baghdad)

Bersungguh-sungguh mengendalikan dan memperbaiki diri menuntut perjuangan yang cukup panjang dan proses yang sangat berat. Akan tetapi, akibatnya adalah sangatlah nikmat, InsyaAllah. Jika seorang istri adalah seorang wanita sholihah, membenahi dirinya agar menjadi sholihah serta mengendalikan dirinya kepada kebaikan, dia akan mendapatkan banyak kebaikan diantaranya yang paling utama adalah pahala dan balasan serta kebahagian dunia dan akhirat. Alloh ‘Azza wa Jalla berfirman, yang artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl: 97)


Sumber : www.Mediamuslim.info

Populer

 
Mustain Alibasya Copyright © 2010-2012 Profile Designed by Mustain Alibasya